Wisata Luar Angkasa, Wisata Paling Spektakular
Virgin Galactic, perusahaan wisata antariksa yang didirikan pengusaha Inggris, Sir Richard Branson, sukses melakukan uji coba penerbangan SpaceShipTwo, pesawat wisata antariksa yang akan digunakan. Pada percobaan-percobaan sebelumnya, SpaceShipTwo masih menempel ke badan pesawat induknya yang bernama WhiteKnightTwo.
Namun, pada uji penerbangan yang dilakukan, pesawat ini terbang solo di atas Gurun Mojave, California, AS. Pesawat induk membawa SpaceShipTwo lalu melepaskannya pada ketinggian 45.000 kaki (sekitar 13,7 km). Begitu melepaskan diri, pesawat tersebut melesat selama 11 menit sebelum mendarat.
Meski demikian, bukan berarti pesawat tersebut siap digunakan untuk penerbangan ke batas luar angkasa. SpaceShipTwo harus menjalani uji coba sampai sanggup terbang hingga ketinggian di atas 100 kilometer yang merupakan batas pengaruh gravitasi Bumi. Pesawat tersebut juga harus melakukan uji beban karena didesain untuk diisi enam penumpang.
“Masih banyak target yang harus dicapai agar upaya menyediakan wisata antariksa komersial menjadi kenyataan. Ini merupakan langkah yang sangat besar. Kami sekarang tahu bahwa pesawat antariksa bisa meluncur. Kami tahu ia bisa lepas dengan aman dari pesawat induknya dan kami tahu ia dapat mendarat dengan aman. Itu tiga langkah besar,” ujar Sir Richard Branson.
SpaceShipTwo akan melakukan rangkaian peluncuran sebelum uji coba melesat hingga batas antariksa. Menurut Branson, tahap paling penting berikutnya adalah tes kemampuan roketnya. Percobaan roket di darat sudah dilakukan ribuan kali. Namun, uji coba itu belum pernah dilakukan saat pesawat mengudara. Pesawat ini merupakan rancangan Burt Rutan dari hasil pengembangan pesawat SpaceShipOne yang menang dalam kompetisi bergengsi berhadiah 10 juta dollar AS Ansari X Prize yang ditujukan untuk mewujudkan perusahaan roket swasta ke luar angkasa.
Meski tahap komersialisasi masih butuh waktu, wisata luar angkasa yang ditawarkan Virgin Galactic laku keras. Sebanyak 370 orang telah mendaftar dan telah membayar uang muka total mencapai 50 juta dollar AS. Ongkos yang ditawarkan Virgin Galactic untuk wisata ini sebesar 200.000 dollar AS per orang atau jauh lebih murah daripada wisata dengan pesawat ulang alik yang mencapai 30 juta dollar AS per orang. Namun, jangan harap menikmati wisata beberapa hari di luar angkasa. Dengan SpaceShipTwo, turis memang hanya dibawa ke ambang batas gravitasi dan menikmati dunia tanpa bobot selama beberapa saat sebelum akhirnya mendarat kembali.
Wisata Ke Luar Angkasa 90 Miliar rupiah
Makin banyak perusahaan yang akan merealisasikan wisata ke luar angkasa. Sebuah perusahaan di California, XCOR Aerospace, juga ikut meluncurkan detail pesawat roket yang bisa terbang ke sub-orbit sejauh lebih dari 37 mil (sekitar 59 km) di atas bumi. Lynx, nama pesawat buatan XCOR, akan seukuran dengan pesawat jet pribadi kecil. Pesawat itu diperkirakan mulai terbang dua tahun lagi atau 2010.
Peluncuran detail pesawat dua kursi itu berbarengan dengan pengumuman masuknya XCOR Aerospace ke industri wisata luar angkasa. “Kami sengaja merancang pesawat ini supaya terbang dan beroperasi seperti pesawat komersial,” kata Jeff Greason, chief executive officer (CEO) XCOR. ” Lynx akan menjadi kendaraan terhebat di sub-orbit bumi,” tambah Rick Searfoss, pilot uji XCOR yang juga mantan astronot dan komandan pesawat ulang-alik NASA.
Pengumuman XCOR tersebut keluar dua bulan setelah desainer pesawat angkasa luar Burt Rutan dan miliarder Richard Branson meluncurkan model baru SpaceShipTwo. Pesawat baru yang dikembangkan perusahaan wisata di luar angkasa, Virgin Galactic, milik Branson itu memulai uji terbang akhir tahun ini.
Menurut XCOR, sambil menunggu hasil negosiasi, Laboratorium Riset Angkatan Udara (AU) AS telah menyerahkan kontrak riset pengembangan dan uji coba berbagai bagian Lynx. Tak ada penjelasan lebih lanjut. Lynx dirancang mampu lepas landas dari landasan (runway) seperti pesawat terbang pada umumnya. Kecepatan maksimalnya dua kali kecepatan suara (Mach 2). Terbang di atas ketinggian 200 ribu kaki (60.960 meter), pesawat tersebut turun dengan gerakan memutar untuk mendarat di landasan.
Berbentuk mirip versi pesawat Long-EZ rancangan Rutan, Lynx memiliki dua sayap di bagian belakang bodi. Ujung sayap berbentuk vertikal. Menggunakan mesin berbahan bakar cair dengan pembakaran bersih (tanpa polusi), Lynx diperkirakan mampu melakukan beberapa kali penerbangan dalam sehari. “Pesawat ini menyediakan akses terjangkau ke angkasa luar bagi individu maupun para peneliti,” ujar Greason. Versi pesawat itu di masa depan bisa digunakan untuk riset sekaligus komersial.
XCOR telah menghabiskan sembilan tahun untuk mengembangkan mesin roket di sebuah pabrik dekat Bandara Mojave, utara Los Angeles, California. Saat ini perusahaan tersebut telah mengembangkan dan menerbangkan dua pesawat bertenaga roket. XCOR juga menggeluti bisnis mesin dan sistem propulsi roket. Tarif penerbangan yang ditawarkan Lynx bakal kompetitif. Dengan perkiraan pengembangan proyek senilai USD 10 juta (sekitar Rp 92 miliar dengan kurs Rp 9.200 per USD 1), tiket Lynx dipatok USD 100 ribu (sekitar Rp 920 juta) per orang.
Tarif itu separo lebih murah ketimbang yang ditetapkan SpaceShipTwo sebesar USD 200 ribu (sekitar Rp 1,84 miliar) per orang. SpaceShipTwo dikembangkan setelah sukses SpaceShipOne sebagai roket swasta pertama yang mencapai angkasa luar pada 2004. Dengan SpaceShipTwo, para penumpang -maksimal enam orang dan dua pilot- diyakinkan bisa mengalami 4,5 menit tanpa bobot (mengapung) di kabin sebelum kembali ke bumi.